Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.

Jumat, 13 Januari 2012

TEMAN TAPI MESRA

Kayanya kamu pernah dengar deh lagunya Ratu yang berjudul Teman Tapi Msra. Seperti ini liriknya: ”Cukup saja berteman denganku/ jangan kau meminta lebih / kutak mungkin mencintaimu/ kita berteman saja/ teman tapi mesraa”.
Ehm, punya temen tuh emang asyik. Selain ada orang yang bias diajak ngobrol dan saling membantu, temen juga bias menjadi tempat muara emosi kita. Ngobrol biasa mungkin sering. Tapi ngobrol yang lebih dalam, rasanya agak jarang dilakukan dengan seseorang yang sekedar temen biasa. Kita agak canggung. Itu sebabnya, kehadiran seorang sahabat karib yang bias menjadi tempat muara emosi kita, sangat diharapkan.
Teman sejenis pun, cowok dengan cowok maupun cewek dengan cewek, sebenarnya bias juga sangat akrab. Itu kalau diantara kita udah terjalin sikap saliong percaya, saling memahami, dan saling menghargai. Mungkin bias saja yang seprti ini dibilang mesra. Karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata mesra adalah lekat dan sangat erat.
Sobat muda muslim . Cuma masalahnya, gimana kalao teman tapi nesra itu adalah antar lawan jenis. Wow, ini dia yang kudu jadi perhatian dan bikin kita jaga-jaga biar nggak kebablasan. Gimana pun juga, hubungan pria dan wanita pasti nimbulin perasaan-perasaan lainnya. Perasaan suka, saying, cinta, termasuk cemburu kalo sang teman tapi mesra itu dekat ama yang lain. Karena apa? Karena masing-masing merasa ingin memiliki lebih dari sekedar teman. Tul gngak? Seperti syuair di awal lagu dari duo Ratu ini, “Aku punya  teman/ teman sepermainan/ kemana pun dia pergi selalu ada aku/ dia manis dan juga baik hati/ tapi aku bingung ketika dia bilang cintaa”
Inilah menariknya hubungan antar manusia. Dan harus diakui bahwa manusia tuh makhluk sosial, sehingga ia merasa kesepian kalo tidak ada teman. Padahal manusia bukan hanya terdiri dari sejenis. Itu sebabnya, dalam beberapa kondisi, komunikasi  dengan lawan jenia untuk berbagi keperluan dalam melakukan kegiatan sehari-hari  nyaris nggak bias dihindari. Mungkin kita  bergaul dalam komuntitas sejenis, tapi dalam beberapa kondisi kadang kita harus merabah keluar komunitas kita. Maka kita akan berhubungan dengan banyak pihak, termasuk dalam hal ini dengan lawan jenis.
Sebagai teman akrab atau sebagai sahabat, berteman dengan lawan jenis besar kemungkinan akan menjadi ajang curhat dan saling berbagi cerita mesra. Apalagi temen tapi mesra ini sangat mungkin hubungannya akan ditingkatkan menjadi “kekasih”. Bila itu yang terjadi,  maka ketika kita curhat dengannya, kita jadi nggak ngerasa sedang ngobrol dengan teman biasa. Tapi dengan seorng kekasih hati, meski baru beranggapan sepihak dari kita.
Dengan kenyataan seperti ini, cerita dan curhat kita akan semakin terasa bermakna. Pandangan dan pendapatnya yang disampaikan  kepada kita membuat kita bertenaga. Hidup rasanya dapat tambahan darah segar. Nafas baru dan semangat yang menggelora. Rasa-rasanya dunia adalah milik kita, yang sedang dimabuk cinta dan dibakar api asmara (meski baru kita sendiri yang merasakannya alias geer “entah dirinya. Mungkin malah sebel). Kita jadi ngedadak “lupa diri”, dan kita menjadikan orang yang kita cintai sebagai dewi   atau pangeran pujaan hati. Kita bersedia berkorban dan menjadi bagian dari hidupnya. Sehari saja tak jumpa dan komunikasi, rasanya hati kita jadi dingin dan beku. Tapi, ketika rindu itu terpuaskan, dinding es yang kokoh menyelimuti hati kita pun perlahan mencair (suit…suit…suiw)
Dari temen jadi demen
                Pernah nonton sinetron “Dari Temen Jadi Demen “ disebuah setasiun televise swasta? Yup, sinetron ini bercerita tentang kisah-kasih sepasan anak manusia. Benar kata pepatah jawa: “Witing tresno jalaran soko kulino” , bahasa nasionalnya: ”Munculnya cinta, karena sering bertemu”. Hati-hati buat kamu yang sering bertemu dengan lawan jenisnya. Kalo berteman sering bertemu lho. Bisa-bisa pepatah ini ada benernya. Singkat kata, kamu jadi demen sama temen kamu. Huhuyy!
                Sobat muda muslim, gambaran di sinetron yang dibintangi oleh Jonathan Frizzi dan Wulan Guritno ini bias jadi muncul dalam kisah nyata. Ya, kisah-kasih diantara kita. Bhkan sangat jadi lho kalao cerita itu justru terinspirasi dari kejadian nyata. Tul nggak?
                Saya pernah punya kawan yang mengalami kejadian begini. Doi bilang bahwa  berteman itu memang mengasyikan,apalagi dengan lawan jenis, untuk ukuran sesame jenis aja , berteman efektif untuk menumbuhkan kebersamaan, memupuk kasih saying, bahkan kita saling mencintai. Tengok aja orang yang sohiban. Kamu pastinya ngiri deh ngeliat disekolahmu ada dua orang temen yang lengket kaya perangko. Kemana-mana nyaris bareng . Mirip kisah Ujang dan Aceng yang pernah muncul ditelevivi dulu. Sohiban Ujang dan Aceng kebawa sampe mereka dewasa. Bener lho. Asyik banget kan punya temen yang seide dan seperasaan. Itu sebabnya, banyak orang yang kepengen banget punya temen sehidup-semati. Bahkan, temen ibarat cermin buat kita.
                Eh, tapi berteman pun bias berpotensi bikin kita berabe. Kok bias sih? Iya kalo berteman sejenis dengan akrab, ati-ati aja jangan sampai kecemplung jadi homoseks. Teris kalo kita berteman dengan lawan jenis , juga kudu taat syariat islam. Waspada ya.
                Nah, kusus ketika berteman dengan lawan jenias, karena selain menumbuhkan rasa kebersamaan , juga efektif memunculkan rasa simpati, selanjutnya empati, berikutnya mulai tumbuh benih-benih cinta di hati. Akhirnya jatuh hati. Huhuy! Itu namanya bukan lagi namanya temenan, tapi demenan. Malah pas sakit pun kita bias jadi lupa diri kalo ada kekasih disamping kita. Jadinya, kata Wong Cerbon (orang Cirebon) DBD deh Demam Bari Demenan (baca: demam sambil pacaran).
                Sobat muda, seperti kata pepatah lama, “Banyak Jalan Menuju Roma”, maka sekarang kita pelesetkan menjadi “ Banyak Jalan Menuju Cinta “. Berteman, salah satu jalannya. Yup, karena cinta itu ibarat jelangkung : dating nggak dijemput pulang nggak diantar. Diusir pun susah ! (Ehm…bener nih)
Jaga jarak aman
                Berteman, bias juga lho jadi jembatan menuju cinta. Jangan heran, sebab frekuensi bertemu dan berhubungan jadi sering banget. Sekedar basa-basi ngobrolin pelajaran sekolah, sampe janjian nomat alias nonton hemat dibioskop. Kalo udah gitu, jadi bias deh definisi temen  kalo dengan lawan jenis. Berteman apa pacaran? Bertemen apa demenan? Nah lho.
                Sobat muda muslim, memang nggak kerasa sih kalo udah merasa deket banget dengan temen lawan jenis kita. Tau-tauya ! eh lengket bak perangko. Pokoknya, kalo kita udah bias maen bareng, makan bareng,dan kesekolah/ ketempat kerja pun bareng dengan teman jawan jenis, itu artinya alarm tanda bahaya udah berbunyi. Beware! Kamu bisa berabe.
Why? Yup, karena sangat boleh jadi kondisi ini bikin kamu ketagihan untuk terus berduaan dan konek terus dengan si doi. Nggak heran kan kalo kamu akhirnya bisa tidur bareng dengan lawan jenis kamu. Upss jangan sampe deh!. Mungkin , diantara kamu juga ada yang interupsi vs protes kalo temen nggak identik dengan pacaran, dan tentunya nggak gitu-gitu amat sampe tidur bareng.
Oke, kalo kamu punya argumentasi begitu. Tapi, apa ada yang ngejamin kalo udah berduaan bakalan aman dari perbuatan ini dan itu yang lebih “Syerem”?  apa kamu dan temanmu berani jamin bisa tahan godaan kalo udah berduaan begitu? Jangan-jangan. Susyeh tuh ngebedain mana saying, suka, simpati, empati dan dengan nafsu liar. Lagian banyak juga kok faktanya yang  “begituan” justru karna udah saling mengenal. Hati-hati menggunakanya, eh melakukannya.!
Dalam kondisi sadar dan berada di bawah naungan rambu-rambu agama, hubungan-hubungan ini dapat melahirkan peraturan dua hati yang mengarah ke pernikahan . Ini tentu akan lebih utama lagi bila faktor pendorong semata-mata karena lilahitaa’ala dan faktor penarik berupa akhlak yang mulia atau ketaatan beribadah. Namun celakanya, dan tampak ini yang semakin merajalela, bahwa diluar kendali fenomena tarik menarik antara pria dan wanita ini bisa pula mendorong timbulnya perzinaan seperti terjadinya penyelewengan, perselingkuhan, perkosaan, pelacuran, pelesehan seksual bahkan seks bebas.
Jadi temen biasa saja
                Berteman itu mubah alias boleh-boleh saja. Toh memang itu adalah bagian dari dinamika kehidupan kita sehari-hari. Kita akan berhubungan dengan lawan jenis. Di sekitar rumah, di sekolah, di tempat pengajian, di tempat kuliah, juga ditempat kerja. Semua kita akan temui. Hanya saja kita kudu bisa membedakan  jenis dari masing-masing hubungan tersebut.
                Kalo kamu gabung dengan organisasi remaja masjid, itu artinya kamu berteman dengan semua kalangan; laki perempuan di organisai itu. Tentunya, itu adalah teman kamu dalam pengajian. Di tempat kuliah or sekolah dan dikantor juga silakan berteman dengan lawan jenis. Asal  jaga jarak aman, dan tentunya nggak “special”. Cukup teman biasa. Kita berhubungan dan bergaul sebatas keperluandi masing-masing kondisi tersebut.
                Sangat ditekankan untuk tidak saling curhat masalah pribadi. Berbahaya ey! Memang cinta akan tumbuh saat masing-masing  dari pelakunya membuka diri (apalagi kalo sampe membuka aurat itu sih cinta berbuat nafsu liar). Jangan ada hubungan sepesial kalo kamu nggak berniat untuk menikah. Meski tujuannya untuk menikah sekalipun, tetep aja ada aturannya. Nggak liar, apalagi berteman.
                Nah, karena Allah Ta’ala tau betul dengan karakter manusia (jelas dong, karena Allah adalah Al-Ka-halik), maka ada aturan mainnya tuh hubungan diantara kedua makhluk ini. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita melalui FirmanNYA:
                “Katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menuutupkan kain kerudung ke dadanya’.” (Qs.An-Nur[24]:31).
                Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
                “Katakanlah kepada seorang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (Qs.An-Nur[24]:30).
                Dengan begitu, kita kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan maen itu sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga diantara teman remaja yang ngakunya berteman, eh buktinya malah pacaran. Bilangnya temenan, eh temen tapi mesra. Bang Napi Bilang : Waspadalah-waspadalah..!










Buletin Permata Diterbitkan oleh Forum peduli Remaja Beriman dan bertaqwa.
Sumber materi : www.dudung.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar